SEMUA TENTANG KITA (letupan perjalanan cinta masa lalu)

Aku duduk termenung diruang rindu hatiku sembari terlintas difikiran dan hati ini tentang sebuah perasaan rindu yang tak terbendung dan tak kan mungkin mampu aku bendung. Sesekali aku menatap wajahmu dalam sketsa abstrak yang tercipta dalam fikiranku untuk sejenak mampu meredam rasa rindu yang kalut dalam diri ini, fikirku!!.. namun aku tersadar dari lamunan panjang dan menepis desiran rindu yang baru saja kurasakan, seakan ada yang memberontak dari dalam hati seraya berkata, “jangan lakukan itu!!, dia bukan kekasih halalmu dan belum tentu akan jadi kekasih halalmu sehingga engkau tidak pantas untuk menaruh rindu yang mendalam seperti itu!!  Karena hal itu hanya akan menambah dosamu”. Aku tersadar, benar tersadar namun hanya sementara karena sebagai seorang pemuda yang sedang dilanda cinta dan rindu,  sesekali gejolak perasaan itu terasa menghujam didada hingga rasanya diri ini berada dalam control perasaan tersebut. Aku merasa bukan dirkui lagi, diriku dirangkul kegelapan cinta dalam kesadaranku namun aku tak mampu berbuat apa-apa, ditambah lagi syaithon dengan cerdiknya menundukkanku dengan kenangan-kenangan indah masa lalu yang kulalui bersama.

Kebersamaan masa lalu yang cukup singkat jika difikirkan namun amat termat sangat panjang jika harus dikenang. Masa-masa indah bersama melalui hari dengan penuh cinta membuat hari-hari penuh warna, sungguh indah rasanya berada dalam dekapan cinta dan saling memadu kasih. Tak ayal perasaan senang dan bahagia muncul begitu saja dalam hati karena perhatian cinta yang begitu indah, indahnya cinta karena “ada yang memperhatikan , ada yang mengingatkan, ada yang menegur, ada yang menasehati, ada yang menemani dalam menjalani setiap hari yang silih berganti”, itu fikirku!!.. cinta ini pun menjadi sangat terasa indah karena dia adalah sosok wanita yang kudambakan dan merupakan wanita pertama yang hadir dalam relung hati ini dan dengan sontak kubuat janji, dalam diriku sendiri bahwa akan kujadikan dia wanita yang terakhir dalam hidupku dalam artian “aku ingin menikah dengannya” agar cinta ini tetap terjaga dan kekal abadi”. Tak cukup hanya sebuah janji, aku pun berusaha dan berupaya untuk mewujudkannya karena saat itu yang terlintas dalam fikiranku hanyalah pernikahan namun semua itu terbantahkan ketika melihat diriku belum menjadi apa-apa dan belum bisa berbuat apa-apa.  Aku pun berfikir untuk tetap melanjutkan hubungan yang tak sepantasanya terjalin ini yakni “PACARAN”, karena cinta yang begitu bergejolak dihati maka aku pun mengabaikan larangan-larangan islam tentang ‘pacaran’ dan dengan beraninya aku berdalih untuk menghalalkan ‘pacaran’, mengeluarkan seribu alasan agar dia mau melanjutkan hubungan ini sampai kelak kami siap untuk menikah.  tak segan-segan aku menamai hubungan ini dengan sebutan ‘pacaran islami’, sebuah hubungan perkenalan sebelum menuju kepernikahan dengan menciptakan ‘gaya’ pacaran yang berbeda pada umumnya yakni segala sesuatunya tak lepas dari kata dan perbuatan yang penuh hikmah.
 
Dalam benakku, aku telah tau bahwa tak ada ‘pacaran’ dalam islam terlebih yang namanya ‘pacaran islami’ karena yang namanya maksiat tetap saja maksiat namun semuanya bagaikan hanya angin lalu yang terlintas begitu saja karena diri ini sudah terkontaminasi oleh ‘Virus Merah Jambu’.  Terbuai virus merah jambu, dengan congkaknya  aku membantah seluruh larangan islam tentang pacara dan dengan beraninya aku mengeluarkan fatwa diperbolehkannya pacaran sehingga menghampus dalil dan menggantinya dengan dalih yang tercipta dari hasil pemikiranku. “pacaran kan kita tidak ngapa-ngapain, malah kami sangat mengingatkan untuk beribadah kepada ALLAH”, ucapku.
 
Hari demi hari terus berlalu dengan hubungan yang semakin dekat dan erat, hingga tiba suatu hari dia memutuskan untuk mengikut ‘tarbiyah islam’ dengan rekomendasi dariku. Aku tak berfikir jauh bahwa dalam tarbiyah, suatu saat nanti akan tersampaikan materi tentang cinta dan larangan pacaran. Aku hanya berfikir agar dia mendapat banyak pengetahuan tentang agama islam jauh lebih dalam dari berbagai sumber. Aku hanya berfikir agar dia memiliki bekal pengetahuan agama islam agar mampu menasehatiku ketika salah dan menyalahkan. Namun apa daya sebuah kemaksiatan tidak akan mampu ditutupi terlalu lama, sebuah kebathilan tentu tidaklah sejalan dengan sebuah kebenaran hingga akhirnya dia berdiskusi denganku untuk mengakhiri hubungan ini dengan menunjukkan BANYAK dalil dari Al-Qur’an dan Hadist tentang ‘larangan pacaran’. Aku sontak terbungkam, diam, kaku, pilu dan tak mampu berbuat apa-apa, hatiku tergetar  membaca Firman-Nya dan hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hingga tak terasa meneteskan butir-butir air mata tapi dalam fikiran serasa ada raungan, bisikan untuk mengelak dari kebenaran itu. Aku tersadar bahwa syaithon kembali membisikkan sesuatu yang menggerogoti fikiranku hingga aku kembali berdalih dengan dalih yang sangat rapuh hingga tak mampu mengelak dari kenyataan yang Nampak dihadapanku.
Hari berlalu begitu saja tanpa dirinya lagi disisiku, sedih menghujam perasaan ini dan juga dilanda ombak rindu dalam lautan kegalauan. “aku tak boleh bersedih, karena hal ini adalah sebuah hidayah  untuk kami berdua sehingga terlepas dari bayangan kegelapan cinta  pacaran”, kataku dalam hati. “perpisahan ini adalah pokok awal dari sebuah pertemuan kami kelak”, aku yakin akan hal ini dan aku bangkit dari keterpurukan kesedihan. Aku menemukan kembali diriku yang telah hilang dirangkul kegelapan selama ini, aku berinisiatif untuk kembali aktif dalam khalaqoh tarbiyah untuk memperbaiki kesalahan-keasalahan masa laluku dan juga untuk menambahkan ilmu pengetahuan tentang islam agar aku tak lagi kembali berdalih kosong yang tak berarti. Dan saat ini aku percaya bahwa “laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik dan wanita yang baik hanya untuk laki-laki yang baik pula” karena “janji ALLAH itu PASTI!!!” dan “cukuplah ALLAH menjadi Saksi bagiku”.

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah meninggalkan komentar, semoga setiap bait tulisan dalam blog ini bermanafat untuk kita semua \(^0^)/